Hkutbah Jumat di Masjid Al-Huda Desa Danau Rata, Angkat Tema Menyambut Tahun Baru Islam
MUARA ENIM - Sebagaimana biasanya masyarakat Desa Danau Rata kecamatan Sungai Rotan kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan, "Melakukan sholat Jumat, " Dimana Sholat Jumat adalah salat wajib yang dilakukan oleh laki-laki muslim setiap hari Jumat dan menggantikan salat zuhur. Salat Jumat memiliki keutamaan yang besar dan menjadi momen berkumpul, mempererat tali silaturahmi, serta saling mengingatkan dalam kebaikan.
Pada kesempatan sholat Jum'at kali ini Khotib Hairomi Hutbah Jumat angkat Tema "MENYAMBUT TAHUN BARU ISLAM 1447 HIJRIYAH"
" 1 Muharam adalah Tahun Baru Hijriah dan Perjalanan Penting Nabi Muhammad Saw, Jum'at 27 Juni 2025.
"Marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt, "Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan kepada kita nikmat iman, Islam, dan kesehatan, sehingga kita bisa hadir di tempat ini untuk melaksanakan ibadah shalat Jumat dalam keadaan berbahagia.
"Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, nabi akhir zaman, pembawa risalah kebenaran, yang telah membimbing umat manusia dari zaman kegelapan menuju cahaya Islam. Semoga shalawat dan salam juga tercurah kepada keluarga beliau yang mulia, para sahabatnya yang setia, para tabi’in yang mengikuti jejak, serta kepada alim ulama yang terus menerus menjaga dan menyebarkan ajaran Islam hingga akhir zaman.
Kita semua menyadari Waktu Terus Berlalu dan Usia makin Berkurang Khatib berwasiat kepada diri saya pribadi dan kepada seluruh jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah swt. Karena takwa adalah bekal terbaik dalam menjalani hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 197
Artinya, “Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” Jamaah shalat Jumat rahimakumullah. Waktu terus mengalir, hingga kita sampai kepada pergantian tahun hijriah untuk kesekian kalinya. Detik menuju menit, jam, hari, bulan, hingga tahun senantiasa bergerak maju yang berarti semakin bertambah pula usia manusia. Yang perlu menjadi catatan adalah apakah bertambah pula keberkahan usia kita, Ini pertanyaan singkat dan hanya bisa dijawab dengan merefleksikan secara panjang-lebar jejak perjalan hidup kita yang sudah lewat.
Tahun baru hijriah yang kita peringati setiap tahun terkandung sejarah dan nilai-nilai yang terus relevan hingga kini. Nabi sendiri tak pernah menetapkan kapan tahun baru Islam dimulai. Begitu pula tidak dilakukan oleh khalifah pertama, Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq.
Awal penanggalan itu resmi diputuskan pada era khalifah kedua, Sayyidina Umar bin Khathab, sahabat Nabi yang terkenal membuat banyak gebrakan selama memimpin umat Islam. Keputusan itu diambil melalui jalan musyawarah. Semula muncul beberapa usulan, di antaranya bahwa tahun Islam dihitung mulai dari masa kelahiran Nabi Muhammad. Ini adalah usulan yang cukup rasional. Rasulullah adalah manusia luar biasa yang melakukan revolusi ke arah peradaban yang lebih baik masyarakat Arab waktu itu. Karena itu kelahiran beliau adalah monumen bagi kelahiran perdaban itu sendiri.
" Tahun baru Masehi pun dimulai dari masa kelahiran figur yang diyakini membawa perubahan besar, yakni Isa al-Masih. Yang menarik, Umar bin Khatab menolak usulan ini. Singkat cerita, forum musyawarah menyepakati momen hijrah Nabi dari Makkah menuju Madinah sebagai awal penghitungan kalender Islam atau kalender qamariyah yang merujuk pada perputaran bulan (bukan matahari).
Karenanya kelak dikenal dengan tahun hijriah yang berasal dari kata hijrah (migrasi, pindah). Jamaah shalat Jumat rahimakumullah. Memilih momen hijrah daripada momen kelahiran Nabi yang dilakukan Umar dan para sahabat lainnya mengandung makna yang sangat dalam. Kelahiran yang dialami manusia adalah peristiwa alamiah yang tak bisa ditolaknya. Nabi Muhammad pun saat lahir tak serta merta diangkat menjadi nabi kecuali setelah berusia 40 tahun. Beliau kala itu hanyalah bayi putra Abdullah bin Abdul Muthalib.
Hal ini berbeda dari hijrah yang mengandung tekad, semangat perjuangan, perencanaan, dan kerja keras ke arah tujuan yang jelas: terealisasinya nilai-nilai kemanusiaan universal yang berlandaskan asas ketuhanan dalam Islam.
Liputan : Umar Dani