BREAKING NEWS

RSUD H. Anwar Mahakil Dikecam : Pasien Mengaku Diabaikan dan Dilecehkan secara Verbal oleh Tenaga Medis

PALI – Sebuah institusi pelayanan kesehatan semestinya menjadi tempat terakhir yang membuat masyarakat merasa tak berdaya. Namun, peristiwa yang dialami oleh Adel, seorang pasien sekaligus anggota Ikatan Wartawan Online (IWO) Kabupaten PALI, justru mencerminkan realitas yang bertolak belakang. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Anwar Mahakil kini tengah disorot tajam setelah dugaan perlakuan tidak etis oleh tenaga medis di Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Adel datang ke IGD pada Senin malam, sekitar pukul 20.00 WIB, dalam kondisi nyeri hebat. Namun, alih-alih mendapatkan penanganan cepat dan empatik, ia justru harus menunggu hingga hampir satu jam tanpa tindakan medis berarti. Bahkan, pemeriksaan awal diklaim dilakukan secara serampangan—tanpa penggunaan alat bantu seperti USG dan minim komunikasi terapeutik.

Lebih mengejutkan lagi, dokter jaga yang diketahui bernama dr.Fadli justru melontarkan pernyataan yang dianggap menghina dan meremehkan keluhan pasien. Dengan nada mengejek, ia mengatakan:

> “Kalau sakit nian, pasti pingsan.”

Pernyataan ini sontak memicu kemarahan keluarga pasien dan masyarakat luas. Ketua IWO Kabupaten PALI, Mang Dede, yang mendampingi Adel saat itu, mengecam keras tindakan tersebut. Menurutnya, pernyataan sang dokter tidak hanya melanggar etika profesi, tetapi juga menyinggung aspek moral dan kemanusiaan.

> “Ini bukan semata masalah teknis pelayanan, tapi soal penghinaan terhadap martabat manusia. Pasien datang dalam kondisi sakit, bukan untuk dihakimi atau diremehkan,”ujar Mang Dede.

Ironisnya, tindakan medis lanjutan baru dilakukan setelah pihak IWO menyampaikan keberatan secara langsung kepada manajemen rumah sakit. 

Adel kemudian dirujuk ke dokter spesialis, namun tetap belum mendapatkan ruang rawat inap hingga keesokan pagi dengan alasan “ruangan penuh”.

Tanggung Jawab Etika Profesi Dipertanyakan

Kejadian ini mengangkat pertanyaan serius mengenai standar pelayanan dan integritas etika profesional di RSUD H. Anwar Mahakil:

Apakah dokter telah mendapat pelatihan memadai terkait komunikasi empatik dan penanganan pasien gawat darurat?

Bagaimana sistem pengawasan internal menanggapi komentar merendahkan yang diucapkan oleh tenaga medis?

Dan lebih penting lagi: bagaimana nasib pasien lain yang tidak memiliki akses media atau keberanian untuk bersuara?

Menurut Mang Dede, tanpa adanya tekanan dari pihak luar, besar kemungkinan pasien seperti Adel tidak akan mendapatkan penanganan yang semestinya.

> “Bagaimana jika yang datang adalah orang kampung biasa, tak punya jaringan, tak tahu harus mengadu ke mana? Kasus ini adalah cermin dari masalah sistemik yang harus segera dibenahi,”tambahnya.

IWO PALI secara resmi mendesak Dinas Kesehatan Kabupaten PALI untuk segera melakukan audit pelayanan dan evaluasi menyeluruh terhadap manajemen serta perilaku tenaga medis di RSUD H. Anwar Mahakil. Penegakan disiplin dan pelatihan ulang terkait etika profesi dinilai menjadi keharusan, bukan pilihan.

Pelayanan medis tidak hanya tentang kompetensi teknis, tetapi juga sikap dan empati. Mengabaikan rasa sakit pasien adalah kelalaian. Tapi menghina penderitaan seseorang adalah pelanggaran martabat yang lebih dalam dan berbahaya.

Dalam sistem pelayanan publik,terutama sektor kesehatan, kecepatan adalah penting, tapi kemanusiaan jauh lebih esensial. 

"Pelayanan yang lambat bisa membahayakan,tapi pelayanan yang merendahkan martabat manusia adalah kegagalan total dalam fungsi sosial sebuah institusi kesehatan." pungkasnya.

Sumber : Humas Polres Pali 

Laporan : Umar Dani 

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image